Merasa Ditipu Sub Kontraktor PT. IWIP, 13 Pekerja Asal Lampung Kabur

PENAMALUT.COM, TERNATE – 13 karyawan PT. IWIP aasal Bandar Lampung, Provinsi Lampung, kabur dari lokasi pertambangan.

13 pekerja ini kabur lantaran merasa ditipu oleh sub kontraktor IWIP, PT. Trio Global Karya.

Deryansah, salah satu pekerja kepada wartawan menceritakan, awalnya ia dan ke 12 temannya ditawari pekerjaan perusahaan agen penyalur tenaga kerja, PT. Trio Global Karya yang merupakan sub kontraktor PT. IWIP. Mereka ditawarkan pekerjaan sesuai keahlian masing-masing, yakni ahli pembersihan kontraktor.

Setelah disepakati, mereka lalu berangkat ke Halmahera Tengah tempat beroperasinya perusahaan IWIP pada 30 Maret 2022 dan tiba pada 31 Maret kemarin.

Sebelumnya, ia dan 12 pekerja ini membuat kesepakatan melalui agen PT. Trio Global Karya, Serli. Di dalam kontrak itu ada perjanjian kerja selama 6 bulan dengan gaji sesuai basic dan dihitung per 8 jam kerja setiap orang sebesar Rp 210.000, belum terhitung lembur. Sedangkan uang makan Rp 30.000 selama tiga kali sehari. Selain itu, transportasi tempat tinggal juga difasilitasi oleh pihak Perusahan.

Mereka lalu dibelikan tiket pesawat dari Jakarta-Makassar-Ternate oleh Serli, agen PT. Trio Global Karya. Sesuai rencana awal, penandatanganan kontrak dilakukan di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, agen beralasan nanti dilakukan penandatanganan di Makassar.

“Tapi pada akhirnya penandatanganan kontrak kerja itu dipending lagi di lokasi kerja, di Halteng. Sampai tiba di lokasi kerja juga belum ada penandatanganan kontrak. Kita seolah terlantarkan setelah diantar sampai ke mess. Kami tak tahu mau melakukan apa selama satu hari itu,” tutur Deryansah saat ditemui wartawan di Masjid Darul Arqam, Kelurahan Makassar Barat, Kota Ternate, Selasa (5/4).

Berselang beberapa saat kemudian, pihak agen dari PT. Trio Global Karya menghubungi mereka dan menyodorkan kontrak pekerjaan tersebut untuk ditandatangani. Tetapi kontrak tersebut tidak sesuai dengan yang telah disepakati awal saat masih di Bandar Lampung.

“Setelah membaca kontrak yang ditawarkan, kita memutuskan untuk menunda penandatanganan kontrak. Sembari melihat dulu jenis pekerjaan yang diberikan ke kita,” ujarnya.

Ketika sampai di tempat kerja yang ditunjukan, mereka semua kaget. Sebab kerja yang diberikan tidak sesuai dengan yang disampaikan awal, bahkan jauh berbeda dengan keahlian mereka.

“Kita disuruh menyekop dan mencangkul lahan kosong. Dari situ, kami bersepakat untuk tidak lagi kerja dan harus kabur dari lokasi pekerja.

Pada sorenya, Dery dan 12 rekannya memilih kabur dari perusahaan. Mereka keluar secara diam-diam pada pukul 18.00 WIT. Bahkan sebagian pakaian tertinggal di mess agar tidak ketahuan. Kemudian berjalan kaki melalui hutan sampai tembus jalan raya dengan membawa uang 1,5 juta.

Kemudian menumpangi mobil, selanjutnya menyebrang ke Ternate dengan pakaian yang basah karena hujan. Sampai di Ternate sudah tengah malam, lalu berjalan kaki tanpa arah sampai tiba di depan Masjid Darul Arqam sekira pukul 01.30 WIT.

“Kita nekat yang penting kita bisa menjauh dulu dari perusahaan. Karena kita semua sudah lelah, belum makan juga, akhirnya putuskan tidur di teras masjid ini. Kemudian ada beberapa petugas masjid bertanya, kita bilang terus terang dan meminta pertolongan mereka. Alhamdulillah diizinkan tinggal sementara di sini sudah hari ini,” katanya dengan sedih.

Dery dan ke 12 temannya itu belum memutuskan apakah kembali ke Bandar Lampung atau seperti apa. Saat ini mereka masih menghubungi keluarga mereka masing-masing. (udy/ask)