PENAMALUT.COM, LABUHA – Kondisi Taman Budaya Saruma atau yang lebih dikenal rumah adat kebun karet Halmahera Selatan saat ini sangat memprihatinkan. Banyak bangunan rumah adat hancur dan rusak akibat tidak terurus.
Taman Budaya Saruma yang dibangun sejak tahun 2017 di masa Pemerintahan Bahrain Kasuba dan Iswan Hasjim ini tak jauh dari kantor Bupati Halmahera Selatan. Sejak dibangun, taman ini banyak dikunjungi masyarakat lokal maupun wisatawan mancanegara hingga pejabat nasional.
Tidak hanya itu, berbagai kegiatan Pemda kala itu lebih banyak dipusatkan di Taman Budaya ketimbang tempat lain. Ini dilakukan sebagai bentuk mempromosikan berbagai keunikan Taman Budaya, seperti pohon karet, yakis Bacan (monyet), dan panorama 20 bangunan rumah adat dari 17 suku etnis yang mendiami Halmahera Selatan.

20 rumah adat ini sebagai miniaturnya rumah adat yang berada di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta. 20 rumah adat sebagai simbol 17 etnis si Halmahera Selatan, seperti Togale, Makian Kayoa, Bacan, Buton , Ternate, Tidore, Sanana, Gorontalo, Manado, Madura, Sulawesi Selatan, Minang, Solo, Arab, Cina dan Papua.
Pantauan Nuansa Media Grup (NMG), banyak bangunan rumah adat telah rusak. Meski beberapa rumah masih terlihat bagus, seperti rumah adat Solo, rumah adat Bugis. Sedangkan yang lain hancur lebur.
Kondisi rumah adat Taman Budaya Saruma ini lebih memprihatinkan, karena tidak ada perhatian dari pemerintah daerah. Sejak tahun 2021-2025 sekarang, pucuk kekuasaan berganti, Taman Budaya Saruma nampak tak lagi terawat.
Beberapa pengunjung saat ditemui di Taman Budaya ini menyampaikan keprihatinan mereka atas kondisi banguna dan wajah Taman Budaya Saruma.
“Kasihan juga sih kondisi rumah adat ini. Padahal dulu Taman ini paling rame, semua kegiatan biking di sini. Baik kegiatan kebudayaan, festival, tarian, apa saja kegiatan itu pasti biking di tempat ini,” ujar Dewi saat mengunjungi Taman Budaya, Jumat (4/7).

Senada dengan Dewi, Irma seorang pengunjung pun menaruh prihatinannya. Menurut dia, Taman ini harusnya menjadi destinasi wisata kota agar masyarakat Halsel bisa berkreasi, jalan-jalan bersama keluarga.
“Sama juga seperti ibu Dewi bilang tadi. Harusnya pemda lebih perhatian dengan kondisi ini. Karena ini juga pernah jadi Taman yang paling banyak orang kunjungi saat itu. Tapi hari ini torang cuma bisa lihat-lihat saja,” ungkap Irma.
Mereka berharap agar Taman ini bisa menjadi perhatian Pemda untuk bisa dimasukkan ke dalam agenda pembangunan. Sehingga bisa menjadi aset daerah dan Taman Budaya masyarakat Halsel.
Terpisah, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Halsel, Ali Dano Hasan, ketika dihubungi via WhatsApp, nomornya tidak aktif. (rul/ask)












