Penampilan Berbeda Akan Dibawakan Malut United saat Berlaga di Liga 1

Konferensi pers Malut United di Kota Ternate. (Tanwin/NMG)

PENAMALUT.COM, TERNATE – Malut United makin mantap menatap Liga 1 Indonesia meski kasta tertinggi sepak bola Indonesia itu membutuhkan biaya besar untuk melakoni setiap laganya.

COO Malut United, Willem D. Nanlohy, mengatakan soal anggaran tak jadi masalah bagi klub berjulukan Laskar Kie Raha ini. Namun, baginya manajemen tak mau membuka angka-angka berapa banyak uang yang akan dikucurkan untuk mengarungi Liga 1 Indonesia.

“Kalau pun kemarin ada yang menyebut angka (nominal) itu selama di Liga 2, itu pun keliru angka tersebut,” ucap Willem D. Nanlohy, saat konferensi pers di Ternate, Maluku Utara, Kamis (15/3) malam.

Konferensi pers ini dilakukan usai menggelar konvoi dan buka puasa bersama merayakan promosi Liga 1 Indonesia di Ternate. Dalam konferensi pers ini, hadir Asisten Manajer Malut United FC M. Asghar Saleh, Direktur Teknik Yeyen Tumena, Tim Media Weshley Hutagalung, dua pemain asal Maluku Utara, Ilham Udin Armayn dan Frets Butuan.

Nanlohy mengaku, secara keuangan klub, ia memastikan manajemen maupun owner klub ini sangat siap, meski regulasi di Liga 1 Indonesia harus mendatangkan enam pemain asing.

“Kita siap soal anggaran, apalagi soal regulasi enam pemain asing, dan secara anggaran saya rasa kita siap,” ujarnya.

Ia menjelaskan, kaitannya dengan stadion, semua tergantung kapan diselesaikannya renovasi Stadion Gelora Kie Raha.

“Kalau stadion Gelora Kie Raha siap sebelumnya (jalan Liga 1 Indonesia) pasti kita main (home) di Ternate,” paparnya.

Mereka memang sedang menyiapkan dua stadion, yakni Stadion Malut United Arena yang sedang dibangun di Sofifi, Tidore Kepulauan, dan satunya lagi sedang merenovasi Stadion Gelora Kie Raha di Ternate.

Stadion Malut United Arena rencananya memakan waktu pembangunan selama tiga sampai empat tahun. Sementara Gelora Kie Raha ditargetkan bisa rampung pada Agustus 2024.

Direktur Teknik Malut United, Yeyen Tumena, menambahkan dalam mengarungi Liga 1 Indonesia, mereka akan menerapkan sesuatu yang berbeda saat berlaga di Liga 2 Indonesia.

Namun, dalam kebutuhan tim, manajemen maupun ofisial tak pernah membedakan mana pemain lokal atau non-lokal.

“Kami tidak mengenal lokal dan non-lokal, sepak bola itu mengenal profesional,” ucap Yeyen Tumena.

Ia mengaku, tim kepelatihan selalu punya cara untuk menjaga dan melindungi para pemain, begitu juga pada kondisi medis pemain.

“Teman-teman bisa lihat perjuangan para pemain, siapapun yang kami turunkan, selalu berkontribusi terhadap tim,” tandasnya. (tan)