PENAMALUT.COM, JAKARTA – Peretasan data pada Pusat Data Nasional (PDN) di Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) yang baru-baru ini terjadi mengakibatkan dampak signifikan bagi para pelaku sektor jasa konstruksi di Indonesia.
Hal ini menjadi keprihatinan bagi praktisi bidang sertifikasi dan perizinan usaha sektor konstruksi dan nonkonstruksi, Ardy Purnomo. Dalam pernyataannya, Dymo sapaan akrab Ardy Purnomo mengungkapkan bahwa peretasan data tersebut mengakibatkan berhentinya layanan sertifikasi di sektor-sektor jasa konstruksi.
Keamanan siber merupakan salah satu aspek paling penting dalam menjaga integritas dan kepercayaan dalam industri apapun, terlebih lagi di sektor konstruksi yang sangat bergantung pada data yang akurat dan rahasia. Sehingga itu, Dymo menekankan pentingnya tindakan cepat dan strategis dari pihak pemerintah dan BSSN untuk memitigasi dampak dari insiden ini.
Dia menyarankan beberapa langkah yang harus dilakukan pemerintah, seperti melakukan audit keamanan siber menyeluruh. Melakukan audit mendalam terhadap sistem keamanan siber PDN untuk mengidentifikasi kelemahan dan celah yang ada.
Peningkatan proteksi data: Mengimplementasikan teknologi keamanan terbaru untuk memperkuat proteksi data, termasuk enkripsi data dan sistem deteksi intrusi yang lebih canggih termasuk back up sistem data.
Pelatihan dan kesadaran: Mengadakan program pelatihan dan peningkatan kesadaran bagi semua pihak terkait, khususnya dalam sektor konstruksi, mengenai pentingnya keamanan siber dan langkah-langkah pencegahan yang dapat diambil.
Kolaborasi dengan pakar keamanan siber: Mengajak para ahli keamanan siber untuk bekerja sama dalam merumuskan strategi yang lebih komprehensif guna mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Dymo juga mengimbau kepada seluruh pelaku sektor jasa konstruksi untuk lebih waspada dan proaktif dalam melindungi data mereka.
“Perusahaan dan tenaga ahli konstruksi harus mulai mengadopsi kebijakan keamanan siber yang ketat, termasuk melakukan pembaruan sistem secara berkala, memonitor aktivitas jaringan, dan memastikan bahwa semua karyawan memahami pentingnya praktik keamanan yang baik,” ujarnya, Selasa (2/7).
Insiden ini, menurut Dymo, harus menjadi pembelajaran bagi semua pihak untuk lebih serius dalam menangani isu keamanan siber. Di era digital ini, data adalah aset yang sangat berharga. Kehilangan atau kebocoran data tidak hanya merugikan secara finansial, tetapi juga dapat merusak reputasi dan kepercayaan yang telah dibangun selama bertahun-tahun.
Dia berharap dengan upaya bersama dari pemerintah, BSSN, dan pelaku industri, masalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan Indonesia dapat meningkatkan ketahanan siber di masa depan. (ask)