PENAMALUT.COM, DARUBA – Para pegiat dan pemerhati peninggalan sejarah perang dunia kedua di Maluku Utara memamerkan sejumlah peninggalan sejarah di Morotai Festival 2025. Para pemerhati ini datang dari dua kabupaten, yakni Kabupaten Halmahera Utara dan Kabupaten Halmahera Timur.
Kelompok museum swadaya Skojo Tarakani Halut dan museum swadaya Wasiley Tokyo 2 Haltim ini berkolaborasi dengan dua kelompok museum swadaya perang dunia kedua di Pulau Morotai, yakni Museum swadaya perang dunia kedua Morotai dan museum swadaya Desa Muhajirin.
“Yang Halut itu teman-teman di bawah pembina Pak Muhlis Tarate dan Pak Ongki. Dari Haltim itu dari Desa Wasile namanya Pak Topan Haya, yang museumnya Tokyo ke-II. Dinamakan Tokyo ke-II karena Jepang pada tahun 1942 menjadikan Wasiley seperti Kota Tokyo kedua. Kami punya inisiatif ingin membantu Festival Morotai bersama teman-teman saya dari Haltim dan Halut,” jelas pengelola Museum Swadaya PD-II Morotai, Muhlis Eso, Minggu (20/7).
Menurutnya, sejumlah peninggalan sejarah PD-II yang dibawa oleh rekan-rekannya baik dari Haltim dan Halut ini secara umum merupakan peninggalan milik tentara Jepang, seperti selongsong, obat-obatan, senjata, serta tempat makan dan minum para tentara Jepang.
“Kalau dari Haltim rata-rata Jepang, tapi ada juga dari sekutu. Kalau dari Halut ini dia dekat dengan Telaga Tarakani, di situ kan ada bandara yang namanya Skojo. Jadi diberi nama Museum Skojo Tarakani,” jelasnya.
Selain ingin memeriahkan festival Morotai, tujuan dipamerkannya benda peninggalan perang dunia kedua ini ingin mendapat perhatian dari pemda masing-masing.
“Tujuan teman-teman saya kesini karena mereka ingin sekali Pemerintah Halmahera Utara dan Halmahera Timur itu bisa memperhatikan, agar ini (peninggalan sejarah) bisa dikenal oleh generasi selanjutnya,” pungkasnya.
Sebelumnya, para pemerhati peninggalan perang dunia kedua ini juga memamerkan sejumlah peninggalan sejarah perang duani kedua saat agenda karnaval budaya yang dilaksanakan pada Sabtu (19/7) kemarin. (ula/ask)