Tawarkan Proyek dan Minta Uang, Dua Pria di Ternate Diduga Tipu Kontraktor

PENAMALUT.COM, TERNATE – Seorang kontraktor di Kota Ternate, Sahril, terpaksa melaporkan dua orang terduga pelaku penipuan ke Polres Ternate.

Sahril memberikan uang sebanyak 50 juta kepada kedua pelaku yang diketahui berinisial AK dan AS untuk pengurusan tender proyek di Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Maluku Utara.

Sahril Sangaji kepada wartawan Nuansa Media Grup (NMG) menjelaskan, beberapa waktu lalu AK datang menawarkan proyek ketika dirinya baru balik dari Turki. Keduanya bertemu di Musala Pelabuhan Ferry Bastiong, Ternate.

“Waktu itu saya bilang tidak pernah tender-tender proyek. Saya ini nanti orang Cina dapat (proyek) baru sub. Tapi dia (AK) bilang ada tender proyek, dan bisa memenangkan. Saya pikir dia ini pegawai ULP,” katanya, Rabu (27/7).

Bahkan pada saat itu, AK mengaku di Pokja I ULP Maluku Utara adalah kakanya, sehingga proyek tersebut bisa diatur. Proyek itu diketahui melekat di DKP Malut dan lokasi pekerjaanya di Desa Wainin, Kecamatan Sanana Utara, Kabupaten Kepulauan Sula.

“Dia (AK) cari perusahaan dan bilang ini sudah tayang, jadi bikin penawaran. Setelah tiga hari kemudian, mereka minta uang Rp 18.500.000 untuk bayar penawaran dan saya transfer ke rekening salah satu penerima. Ada bukti transfernya saya masih simpan,” ungkapnya.

Menurutnya, setelah ditranafer, beberapa hari kemudian AK datang lagi. Saat itu AK menyampaikan ke Sahril harus membayar lagi di Pokja agar bisa menangkan proyek tersebut. Kata AK, Sahril harus membayar 1,5 persen.

“Saya lalu kasih uang Rp 15 juta secara kepada AK. Setelah itu datang lagi bilang tamba Rp 5 juta. Jadi saya tamba 5 juta. Kemudian dia (AK) bilang pinjam Rp 1,5 juta, dan sampaikan semua sudah oke (tuntas),” tuturnya. 

Setelah itu, Sahril meminta kepada AK untuk memanggil pimpinan perusahaan untuk dipertemukan. AK kemudian membawa AS yang mengaku pimpinan perusahaan.

“Saat itu kita lakukan pertemuan di Pantai Toboko sambil makan pisang goreng. Saya tanyakan kepadanya perusahaan apa? dijawab AK bahwa CV 234. Lalu saya tanyakan ke AS apakah sebagai pimpinan perusahaan? AS menjawab ia sebagai direktir. Dari situ saya percaya,” bebernya.

Satu minggu kemudian, AK kembali menghubungi Sahril. Pada saat itu AK juga menemui dan menyampaikan bahwa proyek tersebut bermasalah, karena proyek diatur pada saat tender. Sehingga dianggap gratifikasi.

“Saat itu AK juga bilang sudah menghitung keuntungan pekerjaan itu sebesar 1 miliar. Sehingga tinggal dibayarkan Rp 10 juta, dan saya kasih lagi 10 juta. Saya yakin karena AK bilang direktur perusahaan,” tandasnya.

Namun setelah AK pergi, Sahril merasa ragu dan kemudian menghubungi Ridwan Arsan selaku Sekretaris DKP Malut untuk menanyakan tender paket di Desa Wainin.

“Saya bilang saya masuk dengan perusahaan CV 234, namun dijawab Pak Iwan (Ridwan Arsan) bahwa CV 234 itu punya Teki. Itu sudah kerja dan pencairan. Saya langsung kaget,” tukasnya.

Sahril lalu menghubungi AK untuk bertemu dan meminta kembali uang yang telah diberikannya agar masalah ini tidak melebar keluar, namun tidak dikembalikan.

“Saya sudah minta keduanya (AK dan AS) agar datang kembalikan uang itu pada beberapa minggu lalu, tapi sampai sekarang belum. Saya sudah buat laporan di Polres. Tinggal menunggu penyidik memeriksa saya dan saya akan ceritakan apa adanya,” jelasnya.

Kasi Humas Polres Ternate, Ipda Wahyudin dikonfirmasi secara terpisah membenarkan laporan tersebut.

“Iya, laporannya sudah diterima. Ada di Reskrim, dan sementara masih dalam tahap penyidikan. Terlapornya ada dua inisial A dan A,” pungkasnya.

Sementara AK selaku terlapor ketika dihubungi via telepon maupun WhatsApp terkait masalah, namun tidak merespons. (gon/ask)