Kepala Disdik Ternate Dorong Kurikulum Bahasa Daerah

Sambutan Kepala Disdik Ternate, Muslim Gani. (Udi/NMG)

PENAMALUT, TERNATE – Kepala Dinas Pendidikan Kota Ternate, Muslim Gani, mendorong pelajaran bahasa daerah Ternate masuk ke dalam kurikulum untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Hal itu disampaikan Muslim saat membuka kegiatan lomba melestarikan budaya daerah di Kota Ternate. Acara tersebut dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2023.

Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari itu diikuti sebanyak 138 peserta, dengan mata lomba busana daerah Ternate 26 orang, lomba tarian tradisional siswa/siswi tingkat SD 30 orang, dan lomba bercerita bahasa daerah Ternate 37 orang.

Kemudian, lomba menyanyi Solo (lagu daerah Ternate) untuk siswa-siswi tingkat SMP 18 orang dan lomba baca puisi berbahasa daerah Ternate tingkat SMP 27 orang.

Muslim mengatakan, perlombaan ini berkaitan dengan kualitas pendidikan dari sisi knowledge (pengetahuan), skil, dan keterampilan (psikomotor).

“Berbicara pendidikan dari sisi keterampilan, maka ada keterampilan anak yang perlu dikembangkan. Kemudian berbicara karakter anak, maka ada nilai budaya yang dikembangkan, sehingga ada pepatah bahasa Ternate ‘Dodoto Se Biasa Poha Biasa Ua, maknanya adalah pembiasaan yang dilakukan setiap hari,” jelasnya, (23/5).

Menurutnya, di dalam perlombaan Hardiknas ini, budaya daerah harus terus digalakkan. Ia pun mengaku, pada saat festival bahasa, yang mewakili ke Jakarta ada dari SDN 39 dan SMP 10 Kota Ternate.

“Pemkot menginginkan agar supaya ada keterampilan anak itu selalu dikembangkan sampai pada tingkat nasional. Nanti setelah kegiatan ini, ada lomba festival bahasa ibu, dan yang juara akan mewakili Kota Ternate,” katanya.

Dengan dasar itu, perlu mengangkat budaya lewat perlombaan seperti ini. Hal itu perlu ditanamkan sedini mungkin melalui pendidikan, sehingga nilai kearifan lokal akan menjadi budaya.

“Anda bangga menggunakan budaya orang dan malu menggunakan budaya sendiri. Oleh karena itu, ada kebijakan pemerintah kota dalam melestarikan budaya ini yakni penyediaan SDM,” tuturnya.

Muslim menambahkan, ketika bahasa daerah Ternate lewat mata pelajaran muatan lokal yang diajarkan di SD, ada kelemahan yang terletak pada guru. Kelemahan tersebut yang mengajar bahasa Ternate latar belakang pendidikannya adalah guru Biologi.

Di sisi lain, Maluku Utara khususnya di Kota Ternate belum ada pendidikan besik budaya dan sastera yang buka di perguruan tinggi. Karena itu, kata Muslim, perlu ada kerja sama antara pemerintah dan institusi lain.

“Meskipun mendorong pelaksanaan pembelajaran budaya daerah yang diajarkan di sekolah, tapi itu baru berlaku di tingkat SD, maka harus dikaji bersama antar dinas pendidikan dan kebudayaan agar buat kurikulum bahasa daerah di SMP, sehingga tidak sampai pada SD saja tapi berkelanjutan,” imbuhnya.

Muslim mengklaim, ada masalah yang paling mendasar, yakni sekolah punya dinas pendidikan, tapi bahasa daerahnya ada di kebudayaan. Akibatnya, yang bisa mengevaluasi proses bahasa daerah hanyalah Disdik.

“Ini butuh kolaborasi supaya menggalakan kebudayaan sehari-hari lewat bahasa daerah. Kita juga sudah anggarkan di Bosda kegiatan kearifan lokal perlombaan seperti begini,” pungkasnya. (udi/tan)