Basri Amin
Partner di Voice-of-HaleHepu
Pos-el: basriamin@gmail.com
KEKUATAN-KEKUATAN perubahan di masyarakat kita masih condong berpusat kepada âorangâ, belum kepada âorganâ yang menyatu dengan sistem pengetahuan dan orientasi kepemimpinan.
Prinsip âhari esok harus lebih baikâ masih harus ditakar menurut kacamata terbatas/berjangka pendek (jaringan kelompok, ikatan keluarga, primordialisme, afiliasi organisasi, dst). Hari esok akan lebih baik untuk âsiapa?â. Semua orang lalu âmengantisipasiâ nasibnya! Padahal, âkelak, di atas timbangan kematian, kita akan berstatus sama!. Ia mengubah hidup (kita) menjadi nasib,â demikian tandas Malraux, negarawan Perancis (1901-1976).
Ketergantungan kepada orang, elite atau tokoh tak bisa lagi jadi pegangan. Arah bersama dan produktivitas tak bisa âdipikulâ oleh sebuah elitisme. âSemua orang dan kelompok adalah penting,â begitulah kaidahnya. Sekalipun kapasitas berbeda-beda tetapi peran yang beroperasi di sektor-sektor produktif haruslah beroleh akses, informasi dan perlakuan yang benar.
Itu sebabnya, sektor negara melalui aparatusnya harus didorong-penuh dan lebih keras agar lebih peka terhadap âsumberdayaâ yang aktif di dalam masyarakat. Perangai lama yang cenderung dominan â-serba pemerintahâdan keenakan memelihara kultur âbantuanâ haruslah diolah sedemikian rupa melalui kerangka kerja baru agar kepemimpinan ekonomi di tingkat lokal tumbuh lebih besar.
Sistem regional yang memediasi produktivitas, dan terutama daya tahan terhadap goncangan, haruslah ditemukan dan dipercakapkan lebih luas. Di sisi ini memang ada soal serius: kita mudah bosan bernalar. Hampir di semua pertemuan dan acara, âwaktu terbatasâ dan dipotong-potong sedemikian rupa ketika hendak menyelami fakta-fakta yang sebenarnya. Meski semua sependapat bahwa tidak semua urusan harus dibicarakan, tetapi pembicaraan terbuka sangat kita butuhkan ketika hendak memastikan sesuatu. Begitu banyak âpertemuan yang tak berbuah titik temu, bukan?â.
Sistem yang menopang kapasitas (organisasi) pemerintahan dan pendekatan kewargaan yang tumbuh sehat di level masyarakat merupakan prakondisi jangka panjang kalau kita ingin negeri ini sehat (demokrasi) pembangunannya. Tanpa itu, yang kita gerakkan adalah tipu-muslihat yang dipoles-poles dengan publikasi dan sosialisasi. Tanpa komitmen total, yang akan kita capai adalah kepura-puraan periodik di hadapan âkesadaran palsuâ masyarakat. Tanpa sandaran (moral) yang kokoh, yang akan kita capai adalah pembesaran âkawanan pecundangâ yang hanya tumbuh-terpelihara karena sogokan, konsesi, dan korupsi.
Sistem kerja yang benar tidak cukup ditopang oleh tumpukan regulasi. Ia mensyaratkan kepemimpinan otentik yang tumbuh dari pengalaman yang menghayati dan dari basis pengetahuan yang memihak. Sebuah kepemimpinan yang âterus-belajarâ dan yang menjauh dari kecongkakan pidato, posisi dan propaganda. Kepemimpinan yang bersandar kepada ke-KITA-an, bukan dari ke-AKU-an yang sepihak.
Mentalitas kepemimpinan kita, tampaknya masih harus banyak berubah. Kita bisa menyaksikan setiap saat di Republik ini, bagaimana perangai âpejabat-penguasaâ tampak (masih) dominan. Bahasa kekuasaan memborgol kebersamaan dan produktivitas. Melalui jalan-jalan kekuasaan, yang tercipta adalah kebuntuan sikap-sikap pengayoman dan keterbukaan untuk âtumbuh bersamaâ. Tak heran kalau yang banyak dikerjakan dan yang tercium aromanya adalah lingkaran-lingkaran kepentingan jangka pendek yang terus-menerus terlindungi dan terbela di balik tembok-tembok posisi dan persepsi.
Dewasa ini, yang lebih condong tampil ke depan adalah âpublikasiâ yang kosong keberlanjutan. Kita miskin âpersuasiâ yang memintakan partisipasi. Kita (masih) miskin âpejabat teladanâ yang berjiwa pendidik; yang bahasanya senantiasa aktif-menggema karena padat isi, afeksi, dan bukti-bukti.
Kini masih terlihat bagaimana âgenerasi lamaâ masih menguasai banyak posisi. Mereka bahkan menjadi petarung/pemain sepanjang hayat. Tradisi regenerasi yang memihak kepada loncatan-loncatan kemajuan âyang dikerjakan generasi baru– terkesan masih ragu-ragu diwujudkan. Pilihan menjadi âpensiunâan yang tetap produktif âtanpa posisi di sektor formal– belum banyak dinikmati dan diminati. Pokoknya, posisi harus diburu dan diraih! Adakah yang salah? Jawaban kita bisa terbelah.
Kini kita tak pungkiri bahwa di beberapa tempat, kehadiran generasi baru sudah terterima sebagai sebuah âkepercayaanâ âkalau bukan sejenis percobaan!. Sepuluh tahun terakhir ini, terutama di tingkat nasional dan lokal, posisi-posisi kunci sudah memantulkan wajah-wajah âgenerasi milenialâ, walau masih saja berulang kepiluan karena kelemahan âkarakterâ mereka dalam memerankan diri dan membaca goncangan-goncangan negerinya.
Kita jangan lupa, cukup banyak di antara âgenerasi baruâ itu yang jiwa korupsi-nya masih laten. Mereka begitu instan di jabatan. Mental sebagai oportunis dan avonturir cenderung menjadi pakaian mereka. âSiapa saja dijilat, yang penting beroleh akses. Kawan dijegal yang penting dapat fasilitasâŚmain dua kaki di tiga panggung berbeda, dstâ.
Tegasnya, Indonesia kita masih terkendala dalam perkara karakter dan mentalitas. Itu sudah terbaca sejak akhir 1950an. Tepat ketika Presiden Soekarno merumuskan Revolusi Mental tahun 1957, antara lain beliau menyatakan bahwa (ini) adalah âsatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala. Maksudnya tidak kecilâŚâ.
Hasilnya bagaimana sekarang?
Negeri ini harus lebih utuh berubah. Tak perlu debat pakai data resmi dan tabel evaluasi segala macam. Anda amati dan rasakan yang jujur saja dalam perkara sehari-hari. Di ruang-ruang publik dan di tempat-tempat kerja Anda, coba perhatikan!
Mental saling menjegal, saling memfitnah dan menebalkan kezaliman, masih eksis dan eksplisi, bukan? Orang-orang yang tumpul daya kerjanya, rendah komitmen dan prestasinya, masih banyak yang bercokol dan keenakan posisinya. Kita belum punya sistem audit keorganisasian yang handal memastikan âfakta yang sebenarnyaâ. Yang membesar adalah fantasi dan manipulasi.
Sistem yang menempatkan quality control dan keberlanjutan misi-misi luhur organisasi (publik) seringkali ronok di atas sebaran gosip, tafsir sepihak dan kuasa âsilumanâ yang dikelola oleh jaringan keluarga, kuasa pertemanan dan obsesi kapital. Kepada Anda semua, mari sama-sama kita cermati di kiri dan kanan kita masing-masing. Institusi sangat rentan diperalat oleh mereka yang tak terbukti âucapan dan perbuatanânya bulat-sepadan. ***
Sight Care is a natural supplement designed to improve eyesight and reduce dark blindness. With its potent blend of ingredients. https://sightcarebuynow.us/
I have been exploring for a bit for any high-quality articles or weblog posts on this kind of house . Exploring in Yahoo I at last stumbled upon this site. Studying this info So i?ÂŚm glad to exhibit that I’ve a very just right uncanny feeling I discovered just what I needed. I most indubitably will make certain to don?ÂŚt fail to remember this web site and give it a look regularly.
Link exchange is nothing else however it is simply placing the other person’s web site link
on your page at proper place and other person will also do similar in support of you.
Enjoyed examining this, very good stuff, regards. “We swallow greedily any lie that flatters us, but we sip little by little at a truth we find bitter.” by Denis Diderot.
you have got an ideal weblog here! would you prefer to make some invite posts on my blog?
Hey! I know this is kinda off topic but I’d figured I’d ask. Would you be interested in trading links or maybe guest writing a blog article or vice-versa? My website goes over a lot of the same topics as yours and I believe we could greatly benefit from each other. If you happen to be interested feel free to send me an email. I look forward to hearing from you! Great blog by the way!
I always was concerned in this subject and still am, thanks for posting.
I truly appreciate this post. IÂŚve been looking everywhere for this! Thank goodness I found it on Bing. You’ve made my day! Thanks again