MAJANG  

Kementerian PUPR Bakal Bangun Sistem Pengendalian Bencana Alam di Kelurahan Rua

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono saat meninjau lokasi banjir bandang di Rua. (Udi/NMG)

PENAMALUT.COM, TERNATE – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, meninjau lokasi banjir bandang di Kelurahan Rua, Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Selasa (3/9).

Dalam kunjungan itu, Basuki didampingi anggota Komisi V DPR RI Irene Yusiana Roba dan Wali Kota Ternate M. Tauhid Soleman. Pada kesempatan itu, Basuki menyampaikan sudah menindaklanjuti laporan dari tim tanggap darurat.

“Pertama menyiapkan alur material yang lewat banjir bandang. Yang namanya banjir bandang air tetap mengikuti topografi yang didalamnya ada pasir, lumpur, kerikil dan batu besar,” ujarnya.

Sehingga itu, pihaknya akan membuat jalur air yang semulanya membelok, sekarang akan diubah menjadi lurus. Ini berdasarkan rekomendasi dari wali kota Ternate.

sabo dam atau bendung sabo

“Selanjutnya kita butuh sabo dam, karena Ternate ada 15 sungai. Sehingga harus dibangun sabo dam yang itu akan didesain tahun ini,” ucapnya.

Dikutip dari wikipedia, sabo atau bendung sabo merupakan suatu sistem pengendalian bencana alam aliran yang membawa endapan (sedimen), seperti bajir bandang, aliran material vulkanik (tefra dan lahar), dan pergerakan tanah yang didirikan pada jalur aliran di pegunungan. Bencana alam aliran bersifat sangat merusak karena membawa endapan yang membuat momen dan massa alirannya menjadi lebih besar daripada hanya air saja.

Bendung sabo walaupun memiliki kemiripan bentuk dengan bendung pengatur air, namun lebih ditujukan bagi penghentian laju endapan. Sehingga bagian hilir tidak banyak terdampak oleh potensi bencana. Sabo mengurangi kecepatan aliran dan mengendapkan sedimen bawaan.

Sementara untuk relokasi warga di pemukiman baru, Basuki menuturkan akan ada 50 rumah yang akan dibangun plus fasilitas sosialnya.

“Mudah-mudahan akhir bulan bahan sudah sampai di sini. Sementara anggaran namanya bencana kita kerjakan dulu, misalnya rumah rusak seperti begini belum dihitung anggarannya. Sedangkan kalau masyarakat ingin membangun rumah ini kembali, pasti mereka trauma. Sebab masih banyak material di atas gunung dan pasti ada potensi terjadi kembali,” jelasnya. (udi/ask)