PENAMALUT.COM, TIDORE – Berbagai rangkaian kegiatan tematik kota rempah bakal menjadi suguhan menarik dalam rangkaian kegiatan Pekan Budaya Kota Rempah (PBKR 2024) yang akan diselenggarakan pada 6 hingga 10 Agustus mendatang di Kota Tidore Kepulauan. Kegiatan yang akan mempertemukan berbagai kalangan pegiat kebudayaan di Provinsi Maluku Utara ini sebagai upaya sinergis antara Pemerintah Kota Tidore Kepulauan dengan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XXI serta berbagai komunitas lokal.
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XXI Maluku Utara, Kuswanto, mengatakan kegiatan Pekan Kebudayaan tersebut sesuai dengan tugas Balai Pelestarian Kebudayaan yaitu melaksanakan hubungan masyarakat di bidang pelestarian kebudayaan dengan unit kerja/instansi, lembaga, dan masyarakat yang bertujuan untuk melakukan promosi kebudayaan di wilayah kerja BPK XXI kepada khalayak umum di Maluku Utara.
“Selain itu juga melakukan internalisasi nilai-nilai kebudayaan kepada masyarakat, sehingga diharapkan dapat membangun karakter dan kepribadian yang berkebudayaan, di antaranya dengan menghidupkan rasa saling memiliki terhadap kebudayaan nasional maupun lokal sehingga dapat terus menjaga dan melestarikannya,” ujar Kuswanto.
Menggeliatnya komunitas lokal yang selalu sinergis dengan program pemerintah yang selama ini secara terus menerus dan berkelanjutan terjalin dari tahun ke tahun, termasuk pula melalui program Pekan Budaya Kota Rempah yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XXI sebagaimana pelaksanaan kegiatan tahun ini yang mengusung tema “Merawat Tanah Leluhur”, yang diselenggarakan di Kota Tidore Kepulauan.
“Kegiatan ini sesungguhnya telah membangunkan kesadaran historis dari perjalanan panjang sejarah bangsa kita, khususnya sejarah terciptanya jalur rempah sebagai titik simpul pertemuan antara perkembangan budaya maritim dan budaya agraris di nusantara dan juga pertemuan antara peradaban barat dan timur di gugusan pulau negeri para raja di Maluku Utara,” jelasnya.
Menurutnya, PBKR tentunya merupakan sebuah kegiatan penting bagi Kota Tidore, khususnya semenjak adanya keinginan bersama masyarakat Kota Tidore serta pemerintah daerah untuk menjadikan Tidore sebagai Titik Nol Jalur Rempah.
“Tanpa berlebihan rasanya negeri-negeri para raja di Maluku Utara juga disebut titik temu peradaban timur dan barat, mempertemukan berbagai peradaban dan kebudayaan bangsa-bangsa dari Asia hingga Eropa yang meninggalkan jejak arkeologis, historis hingga kultur yang telah menyatu dalam kehidupan dan keseharian masyarakat tempatan di masa kini,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Panitia PBKR 2024, Iwaulini A Lamadirse, menambahkan berbagai kegiatan menarik yang akan dilaksanakan dalam PBKR ini yang melibatkan berbagi ekosistem, baik pemerintah, empat kesultanan, masyarakat umum dan termasuk perguruan tinggi lokal maupun peran komunitas sebagai ekosistem pemajuan kebudayaan.
Pada open ceremony nanti akan dipentaskan berbagai suguhan acara bernuansa tradisional dan ritual dalam tema besar “Merawat Tanah Leluhur” seperti gelaran tradisi cukur kelapa yang dikemas secara artistik lewat gerak tari sanggar Desa Seli dengan iringan musik tradisional yang menggema, tarian kolaboratif lainnya akan ditampilkan oleh sanggar Folakatu Art bersama puisikalisasi dari D’Facto.
“Tak hanya itu, pada malam pembukaan tersebut juga akan tampil secara kolaboratif para seniman dan pegiat budaya lewat aksi panggungnya seperti rapper Presiden Tidore yang selalu tampil dengan lirik-lirik lagu kental tradisi Maluku Utara yang sarat akan pesan filosofis hingga teologis bercita rasa sastra Maluku Utara,” ujar Iwaulini.
Lebih lanjut, wanita kelahiran Maliaro Ternate ini menjelaskan berbagai rangkaian kegiatan menarik yang akan dilaksanakan pada 6 hingga 10 Agustus tersebut juga menampilkan prosesi ritual Kabata yang akan berlangsung di Benteng Torre dengan melibatkan 100 peserta para siswa dan siswi dari berbagai sekolah. Kemudian, Podcast Kebudayaan yang akan dilaksanakan di rumah adat Kelurahan Gurabunga yang berada ketinggian 800 mdpl gunung Kie Matubu Tidore yang terkenal dengan negeri di atas awan.
“Permainan Tradisional Dalagau di Pantai Tugulufa, panggung ekspresi dan berbagai jenis lomba seperti lomba bacarita sejarah/cerita rakyat, lomba permainan tradisional kareca, menggambar dan mewarnai hingga lomba menyanyi lagu daerah serta lomba mini vlog. Pada malam puncak acara, penyelenggara akan menghibur masyarakat dan pengunjung dengan penampilan memukau seorang musisi yang kini digemari kalangan milenial di seantero kawasan Indonesia Timur, ya, Justy Aldrin,” terangnya.
Kegiatan ini merupakan wujud pemanfaatan kebudayaan sebagaimana telah diamanatkan dalam UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan yaitu upaya pendayagunaan Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) untuk menguatkan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan dalam mewujudkan tujuan nasional.
Tidak hanya berkaitan dengan 10 objek pemajuan kebudayaan saja, melainkan lebih spesifik juga berkaitan dengan objek cagar budaya terlebih dalam upaya pendayagunaan cagar budaya untuk kepentingan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat dengan tetap mempertahankan kelestariannya dengan bersandar pada UU Nomor 11 Tahun 2010.
“Berdasarkan pedoman yang diamanatkan dalam kedua undang-undang tersebut, maka diperlukan suatu sarana atau fasilitas yang dapat menunjang pemajuan maupun pemanfaatan kebudayaan terhadap masyarakat luas,” pungkasnya. (tan)