DAERAH  

Cetuskan Program Kalesang, Camat Ternate Tengah Minta Kolaborasi Stakeholder

Camat Ternate Tengah, Yusup Djamal.

PENAMALUT.COM, TERNATE – Camat Ternate Tengah, Yusup Djamal, mengikuti Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA) Angkatan VII tahun 2023 di Provinsi Maluku, Rabu (23/8). Dalam pelatihan tersebut, Yusup menggagas perubahan Akselerasi Sadar Lingkungan (Kalesang).

Ia bilang, untuk mengubah suatu kondisi kewilayahan maupun program kerja pemerintah, harus lewat aksi perubahan untuk mengikuti PKA.

“Saya angkatan ke VII tahun 2023 melakukan PKA di Ambon dengan gagasan gerakan Akselerasi Sadar Lingkungan atau Kalesang pada spesifikasi penanganan di bidang persampahan,” ujarnya.

Menurutnya, ketika melihat visi misi Wali Kota Ternate, M Tauhid Soleman, merupakan sentral program memberikan satu indikasi yang lebih fokus pada penanganan sampah dalam wilayah kota, seperti air bersih, termasuk di sektor pendidikan untuk bagaimana pemerintah mampu mengimbangi agar menjawab kota ini.

“Maka saya menginisiasi aksi perubahan ini untuk menata kondisi Kecamatan Ternate Tengah. Ini karena ketersediaan sarana prasarana yang ada sebagai leading sektor penanganan sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Ternate adalah suatu upaya untuk mengatasi sampah dalam wilayah Kota Ternate,” katanya.

Yusup mengaku, untuk Kecamatan Ternate Tengah, sarana prasarana baik mobil sampah, tempat penampungan sampah sementara dan kontainer ditempatkan di lokasi strategis, agar mengatasi sampah di 16 kelurahan berjalan lancar. Pihaknya pun lebih menginginkan satu optimalisasi untuk mempercepat sistem penanganan agar efektif dan efisien.

“Dengan aksi perubahan Kalesang ini, kami menyoroti berbagai permasalahan yang menjadi subtansi jika dilihat aktualisasi problematika kelayakan dan layakan (APKL) sampah ini lebih mengarah pada bagaimana tingkat kesadaran masyarakat untuk menangani sifatnya sampah rumah tangga di wilayah kelurahan,” terangnya.

Sehingga, berbagai kesedian penyediaan viar roda tiga di setiap kelurahan mampu memudahkan masyarakat yang membuang sampah di depan rumah, lalu kemudian diangkut oleh petugas pengangkut sampah.

ā€œNamun terkadang jam angkutan yang ditentukan area waktu operasi tiap kelurahan batas waktu 09.00, tapi di atas jam itu sampah rumah tangga masih ada di depan rumah,ā€ tuturnya.

Lebih lanjut, Yusup berkata, ketika pihaknya melaksanakan sosialisasi dan monitoring, memang ada alih fungsi subjektif, ini artinya dari kelurahan lain pun tanpa diketahui membawa sampah dan membuang di kontainer. Namun melihat ada sampah, bukan tempat tampung sampah ini menjadi problematika dalam analisa APKL.

ā€œYang menjadi indikator di sini, kita temukan dalam sistem fisbon untuk lebih mengetahui bahwa permasalahan lebih akurat yang berpotensi sampah berserakan dan pola penanganan seakan-akan belum menjawab secara optimal,ā€ kata dia.

Ternyata, tambah Yusup, tingkat kesadaran itu yang perlu diprioritaskan, sehingga diberikan pergerakan percepatan agar mereka menyadari bahwa pentingnya lingkungan hidup tingkat sosial dalam penanganan sampah harus di kedepankan. Meskipun sarana tersedia, program yang dibuat merujuk pada aturan, tetapi tak dibarengi kesadaran kepedulian masyarakat sehingga program pun tidak berjalan optimal.

Dengan aksi Kalesang, langkah pertama yang dilakukan adalah sosialisasi secara lokalistik di setiap kelurahan, dan program kecamatan tentang Kalesang dalam periode ini diberikan penyegaran terhadap masyarakat jika ada kolaborasi efektif antara pemerintah dan masyarakat.

“Kami mengharapkan kolaborasi ini berjalan optimal dengan daya dukung stakeholder dari instansi OPD untuk sama sama mensinergikan mengatasi permasalahan sampah, khususnya di Kecamatan Ternate Tengah, agar lingkungan ini bersih dan kota pun lebih nampak asri,” tutupnya. (udi/tan)

Respon (1)

Komentar ditutup.