PENAMALUT.COM, TERNATE – Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) akan menyurati Kapolda Maluku Utara untuk menanyakan terkait dua anak perwira menengah Polda Malut yang mengikuti seleksi taruna Akademi Kepolisian (Akpol) tingkat panitia daerah (Panda) Polda Malut.
Komisioner Kompolnas, Poengky Indarti kepada wartawan mengatakan, seleksi penerimaan taruna Akpol, Bintara maupun Tamtama Polri harus transpran, bersih dan bebas dari praktik-praktik calo.
“Terima kasih banyak informasinya. Kami akan mengirimkan surat klarifikasi ke Polda Maluku Utara untuk menanyakan benarkah diduga ada 2 anak pejabat Polda yang belum berdomisili sesuai dengan batas minimum ketentuan domisili di Maluku Utara, tetapi ikut mendaftar Akpol di Polda Maluku Utara,” ujar Komisioner Kompolnas, Poengky Indarti.
Poengky berharap dalam proses seleksi taruna Akpol, Bintara dan Tantama Polri di Polda Malut harus berjalan sesuai prinsip BETAH (Bersih, Transparan, Akuntable, dan Humanis). Jangan sampai ada penyelewengan-penyelewengan atau upaya-upaya lain yang dapat mengganggu sitem BETAH dan merusak nama baik Polri.
“Kita semua berharap calon-calon yang nantinya diterima adalah calon-calon terbaik yang kelak akan menjadi polisi-polisi terbaik guna dapat melayani, melindungi, mengayomi masyarakat dan menegakkan hukum,” harapnya.
Sebelumnya,informasi yang diterima, kedua anak perwira itu mengikutkan anaknya pada seleksi taruna Akpol Polda Malut. Padahal keduanya diketahui belum berdomisili di Maluku Utara di atas dua tahun. Sedangkan dalam aturannya harus minimal dua tahun bertempat tinggal di wilayah yang akan diikutkan seleksi.
Sumber terpercaya menyebutkan, ini bukan kali pertama ada petinggi Polda yang mengikutkan anaknya pada seleksi taruna Akpol. Pada tahun-tahun sebelumnya juga pernah terjadi. Dengan memanfaatkan jabatan di Polda, mereka lalu mengikutkan anaknya pada seleksi taruna Akpol.
“Hal ini membuat jatah putra dan putri daerah Maluku Utara diambil untuk anak mereka. Padahal di mana tempat lahir mereka juga ada Polda, tapi kenapa mereka memanfaatkan di daerah lain,” kata sumber tersebut kepada wartawan, Kamis lalu.
Untuk itu, Kapolda Maluku Utara Irjen Pol Midi Siswoko harus benar-benar komitmen dalam seleksi penerimaan calon anggota Polri yang dilaksanakan dengan mengedepankan prinsip bersih, transparan, akuntabel dan humanis (Betah).
Tak hanya itu, Polda juga telah menggelar penandatanganan pakta integritas dan pengambilan sumpah penerimaan Taruna/i Akpol, Bintara dan Tamtama Polri tahun 2023 bertempat di Aula Kie Raha Polda Malut, Selasa (18/4) lalu. Sehingga bukan sekadar slogan, tetapi wujud dari sebuah komitmen Kapolda.
Kapolda Irjen Pol Midi Siswoko juga telah menyampaikan agar pengelolaan sumber daya manusia di tubuh Polri harus bersih, jujur, dan berkeadilan mulai dari hulu pada tahap rekrutmen sampai hilir saat pengakhiran dinas dengan menerapkan sistem merit yang didasarkan pada kapabilitas, kompotensi, komitmen dan integritas yang tinggi.
“Dengan demikian, untuk mewujudkan sumber daya manusia pilihan harus diawali dengan komitmen bersama melalui pembacaan pakta integritas dan pengambilan sumpah atas nama tuhan dan akan dipertanggungjawabkan,” ucapnya.
Kata dia, kegiatan seperti ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mensosialisasikan kepada seluruh masyarakat bahwa seleksi penerimaan calon anggota Polri dilaksanakan dengan mengedepankan prinsip “Betah” (Bersih, Transparan, Akuntabel dan Humanis).
Dalam mewujudkan hal tersebut harus dilaksanakan komitmen bersama baik peserta, orang tua, panitia, outsorcing dan pengawas internal maupun eksternal. Sehingga prinsip bersih, transparan, akuntabel dan humanis bukan hanya sebagai slogan, tetapi wujud dari sebuah komitmen.
Jenderal bintang dua itu kembali menegaskan kepada panitia dan pengawas internal dan eksternal agar dapat berperan aktif dalam tahapan seleksi, dan dapat melaporkan setiap jenjang apabila ditemukan adanya hal-hal menyimpang dalam pelaksanaan seleksi.
“Jangan mencoreng nama baik institusi Polri dalam pelaksanaan tes ini. Laksanakan fungsi dengan baik dan benar. Jika ada yang melakukan pelencengan, maka ditindak secara tegas sesuai hukum yang berlaku. Sehingga dalam proses seleksi dapat menjaring calon anggota Polri yang berkualitas,”pungkasnya menutup. (gon)
My spouse and I absolutely love your blog and find almost all of your post’s to be precisely what I’m looking for. Would you offer guest writers to write content in your case? I wouldn’t mind creating a post or elaborating on some of the subjects you write with regards to here. Again, awesome web log!
Would love to forever get updated great weblog! .
Wow! Thank you! I always needed to write on my blog something like that. Can I include a portion of your post to my site?
Masalahnya apa…hak tiap orang donk…
Kompolnas jgn membuat gaduh, anak presiden pernah ikut test CPNS anda diam aja, mengkritik Polri boleh ada tp jgn mengarah KPD pembunuhan karakter, kasihan sianak yg mengikuti test tsb bisa jatuh moralnya, yg perlu kompolnas ikut mengawal proses seleksinya, bukan berkoar-koar dimedia kayak politikus aja
Faktanya yg sudah- sudah banyak anaknya para perwira polri masuk AKPOL, mereka murni diterima atau tidak orang awam tidak mungkin pada tahu, kenapa baru ribut sekarang
Bener omonganvroki gerung kalau negara ini mau selamat emang elitnya harus dibantai
Gimana?Jadi keputusannya apa? Ditolak? Batal? Tegangan keadilan
Jadi keputusannya apa? Ditolak? Batal? Tegangan keadilan
Jadi keputusannya apa? Ditolak? Batal?
Setau saya banyak perwira rotasi sebelum 2 tahun dan anaknya tentu ikut. Sangat mungkin anaknya lulus sma dan dia belum 2 tahun di situ.
Rotasi merupakan kebijakan pimpinannya, jadi bisa ada kebijakan masalah lamanya domisili.
TETAPI proses test harus sesuai prosedur. Lulus ya lulus, gugur ya gugur.
Itu hak aetiap warga negara buat menjadi anggota Polri, TNI ASN dll bisa sj IPW dingaap melanggar HAM itu anak jemseral.ke petani ke sepanjng mememnuhi semua persyaratan sesuai aturan
Kalo mau di cek, Polda Papua Barat juga demikian ada pelamar Akpol yg domisili nya bukan berdomisili di Papua Barat, kemudian ijazah SMA juga dari luar Papua Barat, setelah dicek, pelamar ternyata anak Perwira Polda Papua Barat, makanya pelamar tsb tetap lanjut.
Cara tes Rikesnya juga aneh, THT aman, dibilang Tidak memenuhi syarat (TMS).
sayang sekali, seleksi hanya dgn agenda khusus utk meloloskan calon yg sudah memang disiapkan, kasian masa depan Polri jika masih ada oknum panitia tes polri yg bersikap spt ini🤷
biasalah susah di permasalahkan walau sudah tau pelakunya maklum yg menerima laporan temannya juga jadi sulit mengungkap kebusukan di sarangnya bisa bisa si pelapor yg masuk penjara wkwkwk
Sudah bukan rahsia umum baik di TNI & POLRI adanya titipan2 Calon Tamtama & Bintara dari keluarga TNI & POLRI & juga dari masyarakat sipil.Wajar saja banyak Anggota TNI & POLRI setelah diluluskan berdasarkan titipan banyak yang tidak berkualitas baik dari segi mental ataupun otaknya.